Apakah Kita Sudah Kerja Nyata? Atau Kita Hanya Berteori Saja?
"Pembongkaran Bukit Duri Dilanjutkan"
begitulah judul berita di salah satu media online pagi ini.
Buat saya, Bukit Duri sangatlah berkesan. Pada tahun 2009 saya pernah mengajar anak-anak yang tinggal di bantaran kali ciliwung bersama beberapa teman kuliah saya sewaktu di Universitas Sahid dulu.
Anak-anak bantaran kali ciliwung itu memang sudah di dampingi oleh mahasiswa STT-Jakarta. Jadi kehadiran saya dan beberapa teman saya untuk membantu teman-teman dari STT Jakarta mengajar anak-anak disana. Antusias anak-anak disana untuk belajar sangatlah tinggi. Teman-teman dari STT Jakarta tidak kalah hebatnya, untuk dapat kepercayaan mengajar anak-anak disana banyak proses yang mereka lewati, sampai akhirnya mereka bisa menyewa sepetak rumah kecil untuk tempat mengajar anak-anak disana. Mereka juga hidup berbaur dengan masyarakat di Bukit Duri.
Dengan kesempatan yang diberikan ke saya untuk mengajar anak-anak bantaran kali ciliwung, justru memberikan banyak pengajaran untuk diri saya sendiri. Apalagi melihat teman-teman dari STT Jakarta yang begitu konsisten untuk mendampingi warga disana, hal yang selalu saya apresiasi ketika ada anak-anak muda yang begitu peduli terhadap sesama. Teman-teman dari STT Jakarta ini menamakan diri mereka KGJ (Komunitas Gumul Juang)
Mengenai berita yang saya baca pagi ini soal bukit duri, saya langsung segera menghubungi teman saya yang disana. Jadi kira-kira beginilah percakapan kami.
Saya (S)
Teman saya (TS)
S : Hi Bang, apa kabar bang?
TS : Haaii Rena, selalu baik dong. kamu gimana kabarnya?
S : Puji Tuhan baik bang. Bang, tadi rena baca berita, bukit duri di gusur lagi yaa? trs anak-anak disana gimana bang?
TS : iya bukit duri digusur yang tempatnya Romo Sandyawan RT 5 6 7. Nah tempat kita belum, tapi mungkin akhir tahun ini. Nah sekarang aku lagi susun program pendampingan warga di rusunawa karena mereka tetap butuh pendampingan ren.
S : Iya bang, rena kepikiran sama anak-anak disana. Ada yang bisa rena bantu?
TS : Iya ren kasihan anak-anak. Aku dan teman2 KGJ ingin agar jangan semua orang ribut soal penggususran tapi lupa pada pembicaraan setelah mereka digusur, bagaimana kehidupan mereka terutama anak-anak. Sekarang aku dan teman-teman sedang susun kurikulum pendidikan sesuai kebutuhan anak-anak pinggiran dimanapun lokasinya dan sedang aku susun bikin semacam usaha ekonomi warga rusunawa (ini problem warga mengapa mereka tidak mau pindah) aku sedang menyusun model ekonomi kreatif gitu. Nanti aku ajak rena yaa untuk diskusi mengenai hal ini.
S : Iya bang setuju tuh. Ga usah ribut lagi soal penggusuran. Nanti klo ribut-ribut soal penggusuran malah dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu. Lebih baik kita fokus tentang bagaimana hidup setelah penggusuran bang.
TS : Setuju banget ren
S : ini nomor telpon rena ya bang 081 .....
TS : Siap, minggu depan yaa kita ketemu..
S : Oke sipp.
Saya mau mengutip kata-kata bijak dari teman-teman KGJ seperti ini,
"Daripada mengutuki kegelapan. Daripada berdiskusi sampai berdebat akan yang gelap itu. Mengapa kita tidak bekerja untuk masing-masing kita menghadirkan satu lilin pengharapan"
"Daripada mengutuki kegelapan. Daripada berdiskusi sampai berdebat akan yang gelap itu. Mengapa kita tidak bekerja untuk masing-masing kita menghadirkan satu lilin pengharapan"

Komentar
Posting Komentar