Ada Sukacita Di Kampung Pulo Timaha


Menyambung dari Hari Pangan Sedunia yg kita rayakan pada 16 Oktober kemarin, gereja kami melakukan bakti sosial sebagai bentuk solidaritas kepada sesama yang kurang beruntung disekitar rumahku.

Rumahku berlokasi di Babelan kota, tepat dibelakang Harapan Indah, Bekasi. Kami sekeluarga membeli tanah di kampung dan membangun rumah. Tetangga kami ada yang bekerja sebagai tukang sayur, kuli bangunan, buruh cuci, petani, dll. Kehidupan mereka dalam taraf cukup untuk makan sehari-hari, tapi untuk keperluan lainnya mereka harus kerja ekstra bahkan tak jarang mereka harus meminjam uang dari bank keliling.

Gereja kami melihat wilayah sekitar rumahku salah satu sasaran yang pas untuk berbagi sembako hasil pengumpulan seluruh umat gereja sebagai bentuk solidaritas pangan.

Hari ini sekitar jam 8.00 wib tim dari gereja sudah datang dengan bungkusan sembako yang akan dibagikan langsung ke rumah-rumah orang yang benar-benar membutuhkan. Rumah-rumah itu sebelumnya sudah di survey oleh mama ku. Mama memilih orang-orang tua yang hidup sendiri, ada juga orang-orang tinggal di rumah yang sudah reyot, mereka yang sangat membutuhkan bantuanlah yang menjadi sasaran baksos kali ini.

Pada awal kedatangan tim dari gereja, keluargaku menyambutnya dengan menghidangkan bubur manado dengan ikan asin dan sambal khas mama yang rasanya the best menjadi pelengkap.

Disinilah permulaan hal yang menarik. Tetanggaku, kita memanggilnya Mpok Leha, seorang Muslim berinisiatif untuk membantu mama yang sibuk di dapur untuk mempersiapkan hidangan untuk tim dari gereja.

Mpok Leha juga membantu menghidangkan makanan bahkan juga pada saat pembagian sembako untuk warga sekitar, Mpok Leha dan tim dari gereja berjalan bersama-sama membagikan sembako ke rumah-rumah orang yang membutuhkan. Mpok Leha begitu membaur sehingga suasana sungguh menjadi cair dan sukacita.

Perjalanan yang cukup melelahkan karena harus ditempuh dengan jalan kaki belum lagi harus masuk ke pelosok-pelosok dan jalan yang becek ditambah teriknya matahari tidak membuat patah semangat. Karena ini adalah pekerjaan membagi kasih. Dengan cara ini menjadi semakin menyadari bahwa masih banyak yang orang yang hatinya kering dan putus asa karena kemiskinan dan mereka membutuhkan kita, bukan hanya untuk hal materi tapi juga untuk membangkitkan semangat hidup mereka.

Hari ini sangatlah bersuka cita. Kami belajar tentang memberi. Bahwa memberi bukanlah hanya berupa materi saja, tapi juga mengajak mereka berbicara berbagi kepedihan dan ikut merasakan penderitaan mereka. Mereka juga butuh di dengar keluh kesahnya. Mereka merasa dunia cukup melelahkan. Menyapanya dengan kasih adalah bentuk lain dari memberi.

Kami juga belajar tentang kebersamaan tanpa memandang agama. Masyarakat di sekitar rumahku mungkin tidak memiliki pendidikan yang cukup tinggi. Tapi hari ini dibuktikan bahwa rasa kemanusiaan mereka cukup tinggi, mereka menyadari bahwa kegiatan untuk memberikan sedikit keringanan bagi sesama adalah tugas semua manusia tanpa memandang agama atau ras tertentu. Kami menyadari bahwa perbedaan bukan halangan bagi kami untuk berbagi. Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan. Membantu sesama adalah hakikat manusia, tidak peduli agama, ras, warna kulit atau golongan. Semoga kita yang punya kesempatan berpendidikan tinggi memiliki rasa kemanusiaan yang lebih dari orang-orang yang ada di kampung sekitar rumahku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAKI-LAKI YANG BERSELINGKUH JUGA HARUS DILABELI

Ah Ayah!

HAHAHA