Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2016

Tuhan Maha Sastra

Bacaan pertama hari ini adalah kitab Ayub 38:1. 12-21; 39:36-38,  beginilah bunyinya: Tuhan berbicara kepada Ayub dari dalam badai,  "Pernahkah dalam hidupmu engkau menyuruh dinihari datang  atau pernahkah fajar kautunjukkan tempatnya  untuk memegang bumi pada ujung-ujungnya,  sehingga orang-orang fasik dikebaskan daripadanya,  yakni tatkala fajar mengubah bumi  menjadi seperti tanah liat yang dimeteraikan,  dan mewarnainya seperti orang mewarnai kain,  tatkala orang-orang fasik dirampas terangnya,  dan dipatahkan lengannya yang teracung?  Pernahkah engkau turun sampai ke sumber laut,  atau berjalan-jalan menyusuri dasar samudera raya?  Apakah pintu gerbang maut tersingkap bagimu,  atau pernahkah engkau melihat pintu gerbang kelam pekat?  Tahukah engkau luasnya bumi?  Nyatakanlah, kalau engkau tahu semuanya itu!  Di manakah jalan ke tempat kediaman terang,...

Apakah Kita Sudah Kerja Nyata? Atau Kita Hanya Berteori Saja?

Gambar
"Pembongkaran Bukit Duri Dilanjutkan" begitulah judul berita di salah satu media online pagi ini. Buat saya, Bukit Duri sangatlah berkesan. Pada tahun 2009 saya pernah mengajar anak-anak yang tinggal di bantaran kali ciliwung bersama beberapa teman kuliah saya sewaktu di Universitas Sahid dulu. Anak-anak bantaran kali ciliwung itu memang sudah di dampingi oleh mahasiswa STT-Jakarta. Jadi kehadiran saya dan beberapa teman saya untuk membantu teman-teman dari STT Jakarta mengajar anak-anak disana. Antusias anak-anak disana untuk belajar sangatlah tinggi. Teman-teman dari STT Jakarta tidak kalah hebatnya, untuk dapat kepercayaan mengajar anak-anak disana banyak proses yang mereka lewati, sampai akhirnya mereka bisa menyewa sepetak rumah kecil untuk tempat mengajar anak-anak disana. Mereka juga hidup berbaur dengan masyarakat di Bukit Duri. Dengan kesempatan yang diberikan ke saya untuk mengajar anak-anak bantaran kali ciliwung, justru memberikan banyak pengajaran u...

Jangan Cuma Jadi (Yang Mengaku) Pecinta Alam

Gambar
Hai para pecinta alam disegala lembaga, baik di dalam universitas maupun di berbagai instansi lainnya ataupun mereka yang berdiri sendiri tidak di dalam suatu lembaga atau instansi. Semoga dalam keadaan baik yaa.. Walaupun saya merasakan keresahan yang kalian rasakan. Resah karena alam di bumi Indonesia kita sedang diperkosa habis-habisan untuk kepentingan kapitalis. Tapi kalian ini benar pecinta alam kan? Bukan hanya penikmat alam? Itu dua hal yang berbeda lhoo.. Pecinta alam dialah yang akan menajaga alamnya agar tetap alami, menjaga alamnya agar tetap seimbang. Karena mereka para pecinta alam sadar bahwa hidup ini sangat bergantung dengan alam. Para pecinta alam akan sangat menghargai alamnya. Pecinta alam merasa bertanggung jawab akan keseimbangan alamnya. Tetapi kalau kalian hanya penikmat alam, yaa kalian hanya sebatas mengagumi alam saja, kalian merasa tidak bertanggung jawab akan kelestarian dan keseimbangannya, yang penting bagi para penikmat alam adalah kebutuhan ...

Bali Sudah Cukup Dengan Kealamiannya

Belakangan ini timeline saya di facebook penuh postingan tolak reklamasi teluk benoa. Selain teman di facebook saya banyak orang bali, karena saya pernah tinggal di Bali kurang lebih setahun. Saya pun juga berteman di facebook dengan beberapa senior aktivis gerakan '98. Sewaktu saya aktif di gerakan mahasiswa kami berada di bawah asuhan senior-senior ini. Oleh karena itu teman-teman seangkatan sewaktu masih di gerakan dulu banyak juga yang share dan berpendapat mengenai isu tolak reklamasi teluk benoa ini. Secara personal, isu ini menjadi penting buat saya. Saya pernah tinggal di Bali kurang lebih selama setahun. Mulai dari belajar surfing sampai mancing dengan nelayan setempat pernah saya lakukan. Laut Bali sangat besar kontribusinya bagi pengalaman seru saya di Bali yang tidak mungkin saya lupakan. Dengan sadar pun saya ikut Menolak Reklamasi Teluk Benoa di Bali. Dari website www.forbali.org mereka secara rinci menjelaskan alasan kenapa harus tolak reklamasi teluk benoa. Past...